Siapakah Lucky

Halo…  kenalin, nama gue Lucky.

Nama kalian siapa?

Kok diem?

Masih diem juga nggak mau jawab?

Kalian malu sama nama kalian?

Kalian malu sama nama kalian yang nggak keren?

Atau, kalian malu sama tampang kalian yang mirip tumpukan serbet?

Hahaha. Dasar loser. Sama diri sendiri aja malu.

Maaf kalo perkenalan gue sedikit kasar. Sebetulnya nggak ada niat menghina. Gue cuma nggak mau aja kalian minder sama diri kalian sendiri. Bayangin deh, kalo kalian aja nggak bangga sama diri kalian sendiri, gimana orang lain? Kalo kalian aja nggak percaya sama diri kalian sendiri, gimana orang lain? Kalo kalian aja nggak cinta sama diri kalian sendiri, gimana orang lain?

Okedeh, untuk mempersingkat waktu, lanjut perkenalan aja. Nama gue Lucky Arditama. Keren kan nama gue? Dan sialnya, terkadang kehidupan gue nggak sekeren nama gue. Tapi meskipun begitu, gue selalu bangga sama diri gue sendiri. Malahan, gue selalu menganggap diri gue sebagai makhluk terganteng di seluruh dunia meskipun orang selalu berteriak, “Woi, ngaca lo! Tampang kayak botol Aqua ngaku ganteng!”

Ya, ya, ya, gue menyadari kalo ketampanan gue hanya sebatas saat berada di samping monyet hamil. Tapi paling nggak, ada seorang wanita yang selalu menganggap gue cowok terganteng di seluruh dunia meskipun orang bilang tampang gue kayak botol aqua. Wanita yang selalu menganggap gue cerdas meskipun semua orang bilang kalo otak gue udah sakit dan harus sesegera mungkin di bawa ke Puskesmas. Wanita yang selalu mengerti gue meskipun tingkah gue nggak kalah heboh sama ondel-ondel. Wanita yang selalu ada buat gue dan selalu menyayangi tanpa henti. Wanita paling indah di seluruh dunia. Wanita itu adalah, ibuk gue.


/1/

Saat ini gue kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang  kurang terkenal di Yogyakarta. Orang-orang Jogja menyebutnya UNY alias Universitas Nahdatul Yulama. Soalnya, hampir semua mahasiswa yang kuliah di sini memakai kerudung, kecuali yang cowok. Dan jurusan kuliah yang gue ambil adalah Fisika. Tepatnya, Pendidikan Fisika Internasional.

Jangan nuduh dulu kalo gue itu pinter Fisika dan jago bahasa Inggris. Fisika adalah jenis jurusan yang mendorong mahasiswa berintelegensia rendah seperti gue buat bunuh diri. Lebih parahnya, kelas gue internasional sementara bahasa Inggris gue abal-abal. Dan hal ini semakin terasa memprihatinkan sewaktu gue ngeliat acara siaran berita VOA Amerika yang menyiarkan bayi-bayi di Amerika ngomong pake bahasa Inggris.  Betapa hebatnya bayi-bayi disana. Mereka yang masih balita alias di bawah lima tahun udah bisa berbahasa Inggris dengan lancar! Sementara gue yang belajar bahasa Inggris belasan tahun tetep aja ngomongnya belepotan. Saat melihat kenyataan yang pahit ini gue langsung depresi. Kepala gue tertunduk. Titit gue tegang.

Dan yang lebih-lebih menyakitkan adalah, bahkan guru gue sewaktu SMA melecehkan daya pikir gue. Pada suatu siang, gue maen ke sekolah buat ngambil legalisir ijazah sekaligus ngecengin cabe-cabean. Tempat pengambilan legalisir ijazah ada di ruang Tata Usaha dan, untuk menuju kesana gue harus melewati ruang para guru.

“Halo, ibu guru,” kata gue sewaktu berjalan melewati ibu guru dan menyalaminya.

“Owalah, Lucky,” kata ibu guru. “Muridku sing paling nakal.”

“Namanya juga SMA, Bu. Masa pencarian jati diri,” lanjut gue. “Ngak nakal, nggak seru.”

Ibu guru tersenyum. Dia lalu meminum teh anget yang ada di atas mejanya.

“Kuliah dimana sekarang, Le?”

“UNY, Bu.”

“Jurusan apa?”

“Pendidikan Fisika, Bu.”

 “Kowe???!! Kuliah ning Fisika? Astaghfirullah…”  Saking kagetnya gelas yang dipegang sampai terjatuh.”

“…”

Peristiwa di atas membuat gue merenung sejenak. Mungkin bukan salah beliau yang mempunyai fikiran kalo gue ini nggak pantes kuliah di jurusan Fisika. Gimana nggak, gue ini anak Fisika, tapi fobia sama ngitung. Justru gue mempunyai kecenderungan, lebih seneng ngomong sama nulis. Iya sih, ketika kuliah di Fisika gue bisa nulis. Tapi yang gue tulis bukan huruf. Yang ada cuma angka, angka, sama ANGKAAAAA! (yaiyalah, lo kan kuliah di Fisika, goblok!)

Kok gue keliatannya benci banget sama Fisika, ya? Enggak, kok. Gue nggak benci. Tapi benci banget. Gue emang sengaja benci sama Fisika. Kata orang, benci sama cinta kan beda tipis. Siapa tahu setelah gue benci banget sama Fisika, tiba-tiba mencintai Fisika dengan setulus hati.

Tapi kalo boleh jujur dari lubuk hari gue yang terdalam, sebenernya gue juga pengen jadi mahasiswa  yang mencintai dengan tulus jurusannya. Gue pengen kayak mahasiswa lain yang super rajin. Kerjaannya cuma belajar:

di kampus belajar

di angkringan belajar

di wc umum belajar

di masjid belajar

di acara nikahan belajar

di  acara pemakaman tetangga belajar

bahkan ketika ujian pun rela nggak berangkat demi belajar.

Tapi Tuhan berkehendak lain. Semakin gue bersikeras buat jadi mahasiswa yang  super duper rajin, gue malah semakin males. Jangankan jadi rajin. Ngeliat buku Fisika satu halaman aja, gue langsung ngantuk.


BAGAIMANA KABAR IPK GUE?

IPK gue kabarnya baik-baik aja kok. Menurut gue. Meskipun  bagi mahasiswa lainnya, IPK gue sangat memprihatinkan dan telah berhasil meraih penghargaan dari pihak kampus sebagai pemegang IPK paling rendah.

Tapi gue beda, ya. Gue nggak kayak mahasiswa lain yang selalu mendewakan IPK. Gue kuliah  cari ilmu. Bukan sekedar cari IPK doang. Jadi, gue lebih menekankan gimana caranya biar kuliah gue itu bermanfaat. Bisa dapet ilmu yang bisa diaplikasikan bagi kehidupan gue. Syukur-syukur bisa berguna bagi masyarakat, bangsa maupun negara. Gue nggak mau  kuliah cuma ngejar IPK. Maaf, gue nggak mau diperbudak sama IPK kayak mahasiswa lain.

Sejujurnya gue masih nggak ngerti, sih, kenapa para mahasiswa zaman sekarang pada mengagung-agungkan IPK.  Dimana-mana mikirin IPK. Kuliah tujuannya cuma sekedar buat ngedapetin IPK. Kalo IPK-nya bagus dipuja-puja. Giliran IPK-nya jelek, langsung galau setengah mati seolah-olah hidupnya sudah berakhir. Gue curiga ini aliran sesat!

Well, ketika kuliah di Fisika, pasti gue  cuma mempelajari teori-teori orang. Hukum-hukum orang yang mempunyai ketetapan pasti dan itu nggak bisa diganggu gugat. Apakah yang namanya kuliah memang begini? Selalu mirikin teori-teori orang melulu? Selalu terpasung oleh sistem kuliah yang menyerupai penjara dan selalu ditekan oleh tugas kuliah setiap detiknya? Selalu di doktrin sama dosen buat memuja nilai tanpa pernah memikirkan kretifitas dan passion? Soalah-olah mahasiswa hanyalah sapi perah yang disiapkan universitas untuk menjadi babu. Memangnya kita robot? Lalu, kapan kita bisa membuat teori baru?

Gue udah terlalu bosan mempelajari  teori-teorinya orang. Seharusnya, kita sebagai penerus masa depan dan pionir bangsa nggak hanya pasrah mempelajari teori-teorinya orang. Tapi juga berusaha semaksimal mungkin buat membuat teori sendiri. Maka dari itu gue memberanikan diri untuk mencetuskan sebuah teori :

Teori 1.
Mahasiswa ber-IPK rendah -> temen-temennya pada lihat IPKnya -> pada seneng soalnya IPK mereka lebih tinggi -> bikin orang seneng -> Pahala!

Teori 2.
Mahaswa ber-IPK tinggi -> temen-temennya pada lihat IPKnya -> pada kecewa terus sakit hati soalnya IPK mereka lebih rendah -> bikin orang lain kecewa+sakit hati -> Dosa!

Kedua teori tersebut gue namain Teori Relatifitas IPK!  *kejar-kejaran sama menteri pendidikan


TERUS KENAPA GUE KULIAH DI FISIKA? PENDIDIKAN LAGI?

Hanya Tuhan yang tahu. Bahkan sampai sekarang gue masih mencari tahu kenapa Tuhan memasukkan gue ke Fisika. Bagi gue, kuliah disini itu kayak sebuah ‘misteri hidup’ karena sampai sekarang gue masih sering garuk-garuk kepala kalo ditanya kenapa kuliah di Fisika, dan selalu berkeyakinan kalo gue Salah Jurusan! Kata orang, sih, nggak ada yang jurusan yang salah. Iya, gue sadar itu. Tapi…. ah sudahlah.  

Kuliah di pendidikan alias calon guru, tapi gue sendiri ngerasa tidak terdidik. Terkadang gue malu sama diri gue sendiri. Gue nggak bisa ngebayangin kalo orang kayak gue harus jadi guru. Apa yang  mesti gue lakukan kalo jadi guru beneran? Apa yang harus gue ajarkan kepada anak didik gue? Tutorial melihat bokep yang baik dan benar? Tips jitu mengintip wanita ketika mandi? Atau, sepuluh langkah supaya cepat move on dari mantan?

Tanpa perlu diingatkan, gue udah sadar lahir-batin kalo nggak pinter apalagi genius. Tapi setelah lebih dari separuh hidup mengenyam bangku sekolah, gue mengerti bahwa ada sesuatu yang lebih penting dari kepintaran. Percuma aja guru pinter, tapi nggak bisa membuat anak didiknya pinter. Ada satu hal penting yang seringkali dilupakan dalam dunia pendidikan. Hal terpenting dalam pendidikan yang tidak bisa dibeli oleh materi. Kasih sayang. Ya, inti dari pendidikan adalah kasih  sayang.

Gue mungkin terlalu bodoh buat membagikan ilmu tentang Fisika. Gue mungkin nggak bisa berkontribusi banyak supaya bangsa kita jadi semakin cerdas. Tapi gue janji, sebisa mungkin gue bakal  berusaha untuk menanamkan benih  kasih sayang dan rasa peduli akan sesama. Gue akan terus berusaha membuat orang di sekitar gue selalu tersenyum dan tertawa lebar. Membuat semua orang di sekitar gue menyadari kalo hidup itu sangat indah. Gue akan berbagi pelajaran yang jauh lebih penting dari mata pelajaran atau mata kuliah sekalipun. Pelajaran kehidupan.

Well, gue yakin nggak ada yang salah dengan Takdir Tuhan. Gue percaya, Tuhan pasti udah ngerencanain suatu kisah indah perihal kenapa gue bisa tersesat di Fisika. Pasti ada hikmah dibalik ini semua.

Tapi kalo boleh jujur. sebenernya gue disini nggak kuliah. Terus ngapain?  Bahasa kerennya sih meraih mimpi~


/2/

Gue itu  tipe orang yang hyperaktif. Gue paling nggak bisa yang namanya diem. Semenit aja gue diem atau nggak ngomong, pasti gue ngantuk. Gue sendiri nggak tahu, ini termasuk kelebihan apa kelainan. Ketika tidur pun gue nggak bisa diem. Orang di rumah sampe nggak ada yang berani tidur sama gue. Bahkan, bapak gue sendiri pun takut tidur bareng gue. Inilah  alasan kenapa orang rumah takut tidur bareng gue :

1. Pas lagi tidur gue pernah nendang bapak gue sampe beliau terpental dari kasur. 

2. Pas lagi tidur gue pernah nendang tivi rumah sampe pecah.

3. Pas lagi tidur gue pernah nabok adek gue sendiri. Entah, saat itu gue lagi mimpi apa.

4. Pas lagi tidur gue pernah banting adek gue sendiri.

5. Pas lagi tidur di ruang tamu, gue pernah nyenggol lemari sampe jatuh.

6. Pas lagi tidur, gue pernah bikin kasur rumah kebakaran gara-gara hampir ketahuan ibuk pas lagi ngerokok, terus putungnya gue umpetin di bawah kasur (goblok!).

7. Pas lagi tidur gue pernah nidurin meja belajar sampe patah penyangga-nya.

8. Pas lagi tidur di kamar, gue pernah nindihin laptop sampe layarnya retak.

9. Pas lagi tidur lelap, tiba-tiba sprei kasur gue robek dengan misterius.

10. Pas lagi tidur gue sering mimpi mesum.

11. Pas lagi tidur gue suka meluk apapun yang ada di samping gue sambil bayangin Angelina Jolie.

12. Pas lagi tidur gue suka ngiler.

13. Pas lagi tidur gue suka ngigo, terus teriak-teriak kayak orang gila.

14. Pas lagi tidur, gue biasanya sering kebangun bentar, teriak kayak orang kesurupan, terus tidur lagi.

15. Pas lagi tidur gue terkadang cuma sarungan. Eh, pas bangun tidur sarungnya lepas.

Yang terakhir, pas lagi tidur gue itu paling susah dibangunin. Orang kalo liat gue tidur pasti bingung; ini bocah lagi tidur, kesurupan, apa mati suri. Gue adalah tipe manusia yang jika gunung Merapi dapat meletus di samping gue, gue akan tetap tidur dengan nyenyak.

Sampai suatu ketika, ibuk nyoba bangunin gue pada suatu pagi. Sebenernya, gue nyadar lagi dibangunin. Tapi gue nggak bisa bangun. Dan ketika ketika bangun, ibuk gue udah pasang tampang berduka kayak pengen nangis.

Ya Tuhan, ternyata kata beliau, pas lagi tidur gue teriak-teriak nggak jelas sama ibuk. Yang lebih parah, gue ngomong kayak orang kesurupan selama 15 menit. Dan yang paling hebat, semua hal itu gue lakuin ketika tidur.  Yeah, gue memang hebat.


/3/

Gue orangnya tertutup dan nggak gampang cerita tentang kehidupan pribadi gue kepada semua orang. Lebih baik gue bercerita tentang kehidupan pribadi gue sama sahabat atau kalaupun kepepet, gue bakal bercerita dengan cara menulis. Ya, gue emang sulit percaya sama orang. Soalnya, gue sering  banget sama yang namanya dikhianati. Bahkan sama orang yang ngaku sahabat. Dan misalpun gue nekat cerita masalah gue ke orang-orang, kemungkinan besar bukannya mengurangi masalah. Tapi malah nambah masalah.

Contoh aja, gue kena penyakit panu di bokong. Ini cuma contoh. Gue nggak bener-bener kena penyakit panu. Terus, gue cerita sama mahasiwa di kampus nih.     

“Eh, temen-temen, gue kena panu, lho. Keren, kan?” Gue melorotin celana dan dengan penuh  rasa bangga nunjukin panu di bokong.

“Iihhh,” anak-anak teriak histeris, “Kok unyu banget sih panu kamu? Kok bisa panuan gimana caranya?!”

“Iya, dong. Ini buatnya lama, lho. Butuh perjuangan. Hampir sebulan gue mesti disiplin mandi sehari 1 kali dan nggak boleh handukan. Selama seminggu mesti pake sempak yang sama. Mana gue harus puasa Senin-Kamis dan malemnya lanjut sholat tahajud biar dapet panu ini.”

“Ya ampun! Jadi envy, deh! Kapan ya aku punya panu kayak gitu? Kayaknya eksotis, deh. Ihh,  jadi gemes. Gemes, gemes, gemes!”Anak-anak nyubitin panu gue.

Apa yang terjadi selanjutnya? Bisa ditebak, berita tentang panu gue di bokong bakal menyebar ke seluruh penjuru kampus dan imbasnya, kerier gue sebagai calon sarjana bakal hancur. Dan  inilah hal-hal yang akan terjadi:

*ketika gue jalan di kampus* : “Eh, eh, itu Lucky yang panuan di bokong kan, ya?  Kasian ya, sempaknya kesiksa tiap hari, mesti bersetubuh sama bokong hina itu. ”

*ketika gue lagi di kantin* : “Anjir, si Lucky yang panuan di bokong! Bikin nafsu makan gue ilang aja!”

*ketika gue lagi di parkiran* : “Maaf, Mas, dilarang parkir disini. Takutnya, penyakit panu di bokongnya Mas menyebar lewat jok motor anda.”

*ketika gue lagi ngajak kenalan cewek* : “Dih, ngaca dong! Ngurusin bokong aja nggak becus, apalagi ngurusin gue!”

*ketika gue lagi kuliah* : “Saudara Lucky, tolong perhatikan ketika saya mengajar. Jangan sibuk dengan panu yang ada di bokong anda terus. Mata kuliah ini jauh lebih penting daripada keadaan bokong anda!”     

Dan endingnya, Rektor bakal ngundang gue,

“Maaf, Saudara Lucky, saya harus mengundang anda ke ruangan saya ini. Saya menerima laporan dari mahasiswa, karyawan, dan dosen tentang panu yang ada di bokong Anda. Saya sedikit terganggu dengan panu mas. Saya  seharusnya menjadi orang nomer satu di kampus ini. Tapi semuanya berubah ketika panu di bokong mas datang. Para warga kampus lebih mementingkan panu mas dibandingkan saya, seorang Rektor. Setiap ada rapat antar jajaran birokrasi, mereka semua bukannya fokus rapat, tapi malah membahas panu di bokong anda. Bahkan, para mahasiswa setiap hari demo di depan rektorat kampus menuntut panu di bokong anda dihapuskan. Jujur, saya tidak suka dinomerduakan di kampus ini, apalagi oleh panu di bokong. Mulai saat ini, mas saya keluarkan. Drop Out. Silahkan anda beserta panu di bokong anda meninggalkan kampus ini!“

Inilah yang gue maksud, kenapa gue orangnya tertutup. Bayangin aja contoh di atas. Cuma gara-gara cerita panu di bokong aja bisa sampek  D.O, Man!


/4/

Seperti yang gue utarakan di awal tadi. Gue itu ganteng. Tapi nggak ada satu pun orang yang percaya tentang kegantengan gue ini. Kalo gue ngaku ganteng, mereka pasti geleng-keleng kepala dan bersumpah-serapah.

“Kamu? Ngganteng? Darimana? Dilihat dari ujung kloset aja tetep nggak ada ganteng-gantengnya. Ngganteng tuh kayak pembawa acara ‘Yeye Lalala’. Udah cakep, kaya, keren, terkenal lagi.”

“Ngganteng, Luck? Huahaha. Ngganteng tuh kayak  vokalis yang sering nongol di tivi. Mana sempet pacaran sama bidadari kayak Luna Maya.”

“Ngganteng? Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin, meskipun kemungkinannya kecil untuk membuat elo jadi ganteng. Jadi presiden aja, Dab. Nanti semua orang ngira lo ngganteng.”

“Jadi ketua partai aja dulu. Baru lo ngganteng, Sob!”

Terserah lo aja deh, mata rabun!

Mungkin gue bukan pembawa acara di tivi yang keren dan kajir  tajir. Tapi paling nggak, gue nggak pernah terkena kasus narkoba.

Mungkin gue bukan vokalis band beken yang sering nongol di tivi. Tapi paling nggak gue, nggak pernah bikin video bokep lalu dengan dungunya di-upload di internet.

Mungkin gue bukan pemimpin Negara. Tapi paling nggak, gue nggak pernah jadi pemimpin negara yang kerja sambilan jadi tukang tipu. Pemimpin negara yang lebih mentingin partai untuk korupsi daripada Nngaranya sendiri.

Mungkin gue bukan ketua partai. Tapi paling enggak, gue bukan orang yang dengan  gampangnya  ngobral janji,  sumpah bawa-bawa Tuhan tapi endingnya kejerat korupsi.

Ya, gue emang nggak seganteng mereka. Orang yang menurut semua orang ‘ngganteng’!

Inilah gue. Lucky. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada di diri gue. Gue bangga jadi Lucky. Selalu bangga! (O ya, yang pasti gue cowok terganteng :p)

I’m handsome in my way ~ *sambil benerin celana


/5/

I’m a Bad Boy. Waktu SMA gue dijuluki ‘crazy boy’ sama guru gue. Cowok nakal sama temen SMA. Orang idiot sama temen-temen kuliah gue. Tukang ngutang sama sahabat gue. Mahasiswa sesat sama dosen gue. Dan berkat prestasi gue yang membangakan, ketika OSPEK jurusan gue dianugerahi penghargaan dari kakak angkatan sebagai mahasiswa paling bandel dengan gelar, ‘BAD BOY’.

Tapi, taukah kalian?

Seorang legenda penyair terkenal di Indonesia, yang kata orang sering disebut sebagai makhluk paling puitis sedunia, Chairil Anwar.  Bahkan seorang Chairil Anwar mengaku binatang jalang.

Seorang ‘Pahlawan Proklamasi’, orang paling berjasa bagi bangsa kita, Soekarno. Bahkan seorang Soekarno mengaku bandit.

Seorang budayawan pemerhati kehidupan, orang paling kritis di Indonesia karena keberaniannya melawan kemunafikan, Sujiwo Tejo. Bahkan seorang Sujiwo Tejo mengaku bajingan.

Mereka adalah orang-orang yang menginspirasi gue. Merekalah orang hebat yang mengaku bejat. Orang hebat yang sebenarnya!


Mungkin itu dulu perkenalan dari gue. Hal lebih lanjut tentang gue dapat kalian nilai sendiri melaui karya-karya gue di blog ini, dan di buku gue kelak (yang lagi gue tulis). Sekalian cerita dikit. Gue sedang berjuang untuk membuat buku drama-komedi yang menginspirasi dan kelak, gue akan menjadi penulis paling hebat di seluruh dunia!

Dan ketika gue bercerita tentang impian gue ini, semua orang tertawa terbahak-bahak dan bilang, “Ah… lo ngapain bikin buku segala? Elo tuh anak Fisika, Dab, bukan anak Sastra. Mau jadi penulis paling hebat di seluruh dunia? Mimpi lo kejauhan!”

Tapi lagi-lagi gue nggak peduli sama omongan orang. Gue jadiin aja ini motivasi bagi gue.  Walaupun sejuta orang menghalangi dan mencaci, gue nggak akan pernah menyerah sampe mati.  Kalo Tuhan udah berkehendak, nggak akan ada yang bisa berdaya mencegah Kuasa-Nya. Gue hanya perlu berjuang tanpa henti dengan semangat berapi-api, sampai suatu saat, semua orang akan mengakui gue sebagai penulis paling hebat di seluruh dunia!


***

Ya Tuhan, sampe lupa ngenalin blog gue. Sekali lagi, makasih buat kalian yang sudah sudi mampir atau tersesat ke blog gue eh, bukan blog gue. Tapi ini blog kita! Dan pasti kalian semua bertanya-tanya, kenapa blog ini namanya ‘Pahlawan Bersempak’? Kok mirip web bokep?

Pertama, gue pengen jadi pahlawan. Dan yang kedua, gue bersempak. Jadilah Pahlawan Bersempak.

Oke, kali ini gue serius. Ada makna tersirat kenapa gue namain blog ini Pahlawan Bersempak. Kalian tahu pahlawan dalam cerita-cerita fiksi, kan? Manusia super yang sukanya membantu, menolong orang lain tanpa memikirkan diri sendiri, menegakkan kebenaran, dan yang pasti punya pakaian keren dan kekuatan-kekuatan dahsyat serta senjata-senjata yang super canggih.

Lalu, kalian tahu orang bersempak, nggak? Gue perjelas, orang yang cuma make sempak. Coba kembangin imajinasi kalian deh: kalian sekarang sedang berdiri di kerumunan orang banyak dan hanya mengenakan sempak tanpa pakaian apa pun. Kalian hanya make sempak.

Udah?

Apa yang kalian rasakan kalo cuma bersempak ketika berada di kerumunan orang banyak? Apa yang kalian rasakan kalo kemana-mana cuma make sempak? Kalian harus bersosialisasi. Kalian harus ketemu orang. Kalian harus menjalani kehidupan layaknya orang biasa, tapi dengan keadaan make sempak doang.

Pasti kalian bakal malu. Kalian bakal dihina habis-habisan. Kalian bakal dikira orang nggak waras karena cuma make sempak. Harga diri kalian bakal hancur dan gue yakin, setiap orang yang ngeliatin kalian pasti bakal masang tatapan sinis berjuta makna. Semua orang menjauhi kalian. Kalian harus melewati hidup ini sendirian. Hidup kalian amat pedih karena setiap orang yang ngeliat kalian pasti bilang: dasar pecundang!

Pernah nggak, sih, kalian berfikiran ada orang yang cuma make sempak jadi pahlawan? Pahlawan yang kemana-mana cuma make sempak?

Pernah nggak, sih, kalian berfikiran ada orang yang selalu dihina, dicaci, dikucilkan dan  di cemooh habis-habisan tetep menjalani hidup dengan biasa?

Pernah nggak, sih, kalian berfikiran ada orang yang selalu dianggap sampah. Orang yang selalu dianggap perusak, tetep berusaha menolong orang lain?

Pernah nggak, sih, kalian berfikiran ada orang yang hidupnya hancur, bahkan ngurusi hidupnya sendiri nggak becus dan nggak ada satupun yang bangga sama dia, masih tetep aja pengen membuat kehidupan orang lebih baik?

Pernah nggak, sih, kalian berfikiran ada seorang makhluk yang selalu dinilai buruk sama orang lain, tapi tetep berusaha buat membantu orang itu tanpa pamrih?

Dan yang terakhir, pernah nggak, sih, kalian punya fikiran seseorang yang selalu dipandang semua orang sebagai pecundang sejati selalu berusaha untuk jadi pahlawan?

Dia nggak peduli seberapa hancur hidupnya. Dia nggak peduli seberapa hinanya dia dimata orang lain. Dia cuma pengen membantu, membantu dan membantu tanpa pernah peduli seberapa pedih omongan yang dia terima. Senyuman orang lain merupakan kebahagiaan tersendiri baginya meskipun itu nggak akan merubah apapun; hatinya tetap meraung kesakitan dan hidupnya penuh dengan kesendirian. Satu yang dia yakini, dia  ingin menolong siapapun yang terjatuh. Siapapun mereka. Meskipun dia nggak mampu menyelamatkan hidupnya sendiri.

Itulah alasan kenapa blog ini bermana “Pahlawan Bersempak”.

Sekali lagi, berjuta terima kasih gue ucapkan kepada kalian yang telah menyediakan waktu untuk mampir ke blog ini. Anggep aja blog ini kayak rumah sendiri. Semoga tulisan-tulisan yang ada  di blog ini bisa bermanfaat bagi kalian. Meskipun hanya satu paragraf, satu kalimat, bahkan satu kata sekalipun.

Selamat berpetualang bersama Pahlawan Bersempak!




                                                                        Jogja, 2013,

Lucky Arditama

4 komentar:

  1. nampaknya kau sudah menjadi penulis yang bisa membawa khayalanku berwisata tsssaaaahhh sambil nyipok basah

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah, kau ini... pandai sekali kalau urusan memuji.
      gara-gara bara komentarmu aku jadi horny :3

      Hapus
  2. Semangat bikin bukunya Luck. Temen gue anak statistik juga pada bikin buku kok.
    Kalo udah publish contact gue, pasti gue beli.
    Sukses!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak atas dukungannya, Ded!
      Yeah, gue pasti akan ngontact lo! :3

      Hapus