31 Desember 2014

Tamparan



Sebelum kau bertanya, “Kenapa cerita ini berjudul tamparan?” manusia lebih dahulu diperbudak oleh uang.

Gadis itu bernama Lastri. Dia berkerudung, dan juga cantik. Beruntunglah Lastri ini, dia dilahirkan di keluarga yang mampu dan jauh dari kata melarat─golongan pejabat. Orang-orang menyebutnya anak kesayangan karena semenjak bayi dia tak pernah mengenal mencuci baju, setrika, memasak, apalagi macul di sawah. Boro-boro mencocok tanam, menginjakkan kaki di genangan air saja membuat Lastri risih.

Pernah suatu ketika, dia menginjak genangan air ketika berjalan di sepanjang jalan Malioboro bersama seorang pemuda. Dan saat itu juga, dia langsung menjerit, “Ihh.. jorok banget!” Seperti orang yang kebakaran jenggot, Lastri langsung berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan kakinya yang kotor.

“Ihh.. jorok banget!”
                                               
                                                       ***    
                                                                         
Bagaimana mungkin ada orang yang berkata kalau Indonesia adalah bangsa yang kere? Lihat saja tempat parkir kampus itu. Sudah penuh sesak oleh ratusan motor dan Lastri kebingungan setengah mati mencari lahan kosong guna memarkir motornya. Dia terpaksa berkeliling, kesana-kemari, tengok kanan-tengok kiri demi memarkirkan motornya.           

Dan ketika dia mulai turun dari motor, di kejauhan seorang gadis terlihat berteriak memanggili namanya; tanggannya dilambai-lambaikan dan dia berjalan mendekat.