Aku paling benci saat-saat seperti ini: dimana aku
ingin membuat orang tertawa, dan diriku sendiri berkata bahwa aku lebih cengeng
daripada seorang bayi berumur dua bulan. Malam ini aku memang menangis.
Menangis secara secara harfiah, maksudnya. Mungkin mataku tetap terang
benderang seperti lampu bohlam, tapi hatiku meraung kesakitan.
Peristiwa ini bermula tadi pagi. Aku tahu, kau pasti
bertanya-tanya kapan dan dimana peristiwa yang akan kuceritakan berlangsung.
Sejujurnya aku tak bisa menjawab. Kau tau, di negeri yang akan kuceritakan,
semua orang bertindak secara arogan. Bahkan kabarnya banyak sekali orang yang
menuliskan cerita tentang keadaan negeri itu dimasukkan ke dalam penjara. Aku
sendiri tak tahu kenapa mereka dimasukkan ke dalam penjara. Tapi kurasa, negeri
itu sangat takut mengakui bahwa negeri mereka memang bodoh. Kau tak ingin aku
dipenjara, bukan? Jadi ijinkan aku menyebutnya, Negeri Bodoh. Sekali lagi, ini
cerita tentang Negeri Bodoh, sebuah negeri nan jauh di luar angkasa. Kurasa sekarang
aku tak perlu takut menulis karena kejadian ini terjadi di Negeri Bodoh.
Aku bangun dengan mata yang memerah seperti bola
ping pong. Samar-samar hidungku mulai mencium bau yang tidak sedap. Aku tahu,
kamarku memang selalu beraroma tak sedap. Tapi bau ini benar-benar aneh. Aku
tidak pernah mencium bau seaneh ini sebelumnya.